Kok Masih Mau Berteman, sih?


 "Kamu memiliki seorang teman. Kemudian, beberapa waktu yang lalu tersebar gosip negatif tentang dia. Gosip yang tersebar sangat menjatuhkan dia dan bikin orang-orang envy untuk temenan sama dia. Kamu sendiri tidak tau apakah itu benar atau tidak. Saat kau bertanya, dia mengklarifikasi bahwa gosip itu benar adanya. Apakah setelah mengetahui hal itu kamu masih ingin berteman dengan dia? Kenapa?"



Kita sendiri pasti pernah jadi orang yang digosipkan, berada diposisi netizen yang berspekulasi dan sering kali nge-judge, dan pernah juga jadi teman orag yang digosipin. Jujur, gue pernah ngerasain jadi ketiganya, sih. Hari ini, di postingan pertama gue. Gue pengen ngebagiin pengalaman gue kepada para pembaca.

Hal pertama yang gue rasain saat terlibat yaitu kagok dan syok. Gue sendiri gak ngerti apa-apa dan gak tau harus gimana. Gue juga gak punya panutan untuk dicontoh ketika mengalami hal ini. I was inexperienced. Sampai seorang teman yang lain menegur gue. 'Kok lo mau sih temenan sama orang kayak dia? Lu bakalan malu karena di cap sama negatifnya. Fir, di luar sana masih banyak kok teman yang baik." Gue langsung mikir, bener juga sih. So, tanpa pikir panjang gue decided to left her behind. Siapa sih yang mau berhubungan dengan hal negatif?


Setelah gue menjauh, dia keliatan makin down karena temen-temen gue yang lain juga gak mau ngambil resiko. Kami sama-sama egois dengan hanya memikirkan pendangan orang lain dan reputasi kami sendiri.Dalam hati gue ngerasa kayak berdosa banget ninggalin dia disaat seperti ini.

Berawal dari rasa iba dan kasihan, gue sadar bahwa hal yang sudah gue lakuin itu salah banget. Dan sekarang dia jadi sahabat gue hampir 5 tahun. Sampai akhirnya gue ngerasain hal yang sama kayak dia. Dicampakkan orang yang gue anggap sahabat akibat kemakan hoax. Dia bahkan lebih percaya omongan orang lain daripada bertanya langsung what's going on with you? dari hal ini bakalan terungkap siapakah orang yang setia menemani disaat lo terpuruk.

Semenjak itu gue gak suka pilih-pilih kalau dalam soal berteman. Tapi, bukan berarti nggak selektif dalam bergaul, ya! Gue gak mau kemakan omongan orang tanpa bukti. Jadi, misalnya ada gosip yang aneh-aneh gue langsung tanya dari sumbernya. Gue juga bukan Tuhan yang mampu mendeteksi kebohongan. Gue mencoba percaya dan berprasangka baik aja. Kalau misalnya gosip itu gak benar, gue bakalan mengklarifikasi ke orang-orang yang gue kenal kalau gosip itu cuman hoax. Walaupun gue tahu kalau gak semua orang bakalan percaya. Seenggaknya gue bisa sedikit meringankan beban dia. Hal ini bikin gue inget sama kalimat yang ada di blognya Gitasav 

Never explain yourself. Your friends don't need it. Your enemies won't believe it.

Intinya gue bakalan tetap temenan sama dia. Why? Itu masalah dia bukan masalah gue. Kita semua punya jalan hidup masing-masing. Iya, kami berteman. Tapi, kalau urusan hidup itu masing-masing. Harusnya kita sebagai teman bisa  encourage dia ke hal yang menurut kita positif. Orang yang sedang kena masalah itu perlu support dan perlu didengar. Bukan malah dijudge. Hal itu malah bikin dia kepikiran bahwa dia gak diinginkan di dunia ini, dan berujung bunuh diri. Guys, kalian harus mikir kalau kalian yang berada diposisi dia. 

Dan pastinya hal ini berdampak ke gue. Orang-orang pada ngecap gue sama kayak dia. Mungkin lo pernah denger pepatah seperti ini 'Kalau kamu berteman dengan penjual parfum, kamu akan ikut harum. Kalau kamu berteman dengan penjual rokok, kamu bakalan ikutan jadi perkok.' dan kalimat itu bikin lo takut untuk berteman dengan orang yang 'bermasalah'. Dude, It doesn't work like that. I mean, it depends on ourselves. Kalau lo gak bisa jaga diri dan kontrol diri, lo gak diraguin lagi bakalan ikut arus yang salah. Lo harus memperbaiki kalimat itu dalam diri lo. Gue selalu nanamin dalam diri, hanya karena kamu berteman dengan seorang pemabuk, bukan berarti kamu pemabuk juga. Mau serusak apapun dia, gue gak peduli. Karena kita temannya bukan pengikutnya. 

Gue sekarang lebih bersikap bodo amat menghadapi gonggongan netizen dan orang sekitar yang suka berspekulasi, bahkan melintir fakta dan melebih-lebihkan gosip. Gue lebih tau tentang temen gue dibanding mereka para netizen. Semua orang pasti punya masa lalu yang kelam. Yang membuat kita sendiri enggan untuk mengingatnya. Mereka yang suka ngejudge itu seperti gak pernah berkaca pada diri sendiri. Seakan-akan mereka itu manusia yang hidup tanpa dosa dan kesalahan. Coy, semua orang pernah ngelakuin kesalahan. Termasuk gue. Tuhan saja maha lemah lembut lagi pemaaf kepada hambanya tak peduli ia serusak apa. Kita mah sebagai makhluknya gak sepanteasnya menyombongkan milik-nya.

Kita sebagai makhluk sosial, selalu butuh bantuan orang lain. Siapa tau orang yang pernah gak sengaja lo jahatin, ada saat lo butuh bantuan. Jangan bersikap seolah-olah lo sama sekali gak ngebutuhin dia. Lo juga harus paham perbedaan makna Waspada dan pilih-pilih dalam berteman. Waspada itu tentang kesiagaan lo dalam memproteksi diri sendiri. Lo harus pinter-pinter menganalisa keadaan dan jangan polos-polos banget lah, supaya gak gampang dibodohi. Sedangkan pilih-pilih dalam berteman adalah membatasi diri dalam pergaulan. Semacam membangun tembok pembatas yang hanya bisa dimasukki orang-orang terpilih.

Ini hidupmu. Ini hidupku. Cuman aku dan Tuhan yang tau persis gimana jalan hidupku. Begitu pun kamu. Bahkan orang tua dan saudara lo sekali pun gak tau persis gimana perasaan hati lo. Masalah hati siapa yang tau, kan? Jangan lihat dari satu sisi aja. Cobalah jadi orang yang konservatif. Yang mencari kebenaran sebelum berkoar-koar.


Semoga postingan pertama gue ini, bisa bermanfaat untuk kehidupan kita, ya! Terima kasih juga teman-teman yang sudah merelakan waktunya untuk berbagi pengalaman tentang hal ini. And if you don't mind, kalian bisa tulis pengalaman kalian dikolom komentar. Gue bakalan baca satu-satu hehe.






Komentar

Postingan Populer