Throwback a little..

Behind The Scenes


Yang ada dipikirkan gue ya cuman ‘Wajib lolos SBM dan tes Sekolah Tinggi Negri dari pemerintah’ gimana pun caranya. Buku yang tebelnya Naudzubillah pun sudah gue khatamin. Nyicil belajar siang sama malam. Gue udah ngerasa kayak ini usaha maksimal yang sudah gue karahkan untuk masuk PTN yang gue idam-idamkan dari pertama menginjakkan kaki di SMA. 

Meskipun dalam hati gue memendam keinginan kuliah di luar negri. Siapa sih yang nggak punya keinginan bersekolah di luar negri? Tapi, gue mikir  bahwa kuliah di LN bakalan RIBET dan ortu juga waktu ditanyain responnya kurang bagus. Intinya masih belum yakin ngelepas gue di negeri orang. Apalagi kan gue cewek. Masalah classic. Dan seringkali orang menyeletuk, jangan sekali-sekali ketinggian dalam bermimpi, lo mau jauh-jauh kuliah keluar? Di dalam negri aja lo belum becus, dan takut kebawa arus westernisasi. Ya, gue kurungin niat gue yang menggebu-gebu itu.

Gue bahkan ikut tes SBM di Kota tempat Univ gue berasal, yang katanya bakalan berpeluang lebih besar untuk kuterima di sana. Pilihan prodi gue juga nggak neko-neko seperti kedokteran kok. Cuman Ilmu Teknologi Pangan, Biologi, dan Ilmu Komunikasi. Yup, gue IPC. Belajarnya harus banyak dong? Ya, mau gimana lagi? Kalau udah niat pasti bisa. 

Selain itu gue juga daftar beasiswa kuliah di Turki, supaya bisa nyusul sahabat gue di sana. Iseng-iseng aja sih, siapa tau gue beruntung? Takdir siapa yang tau? Gue daftar dan mulai menyicil berkas-berkas yang di perlukan untuk beasiswa diam-diam. Anak kelas gue pasti pada tau lah ya perjuangan mengurus berkas. 

Dan satu lagi. STAN. 

Selama mengerjakan SBM gue di bimbing sama Allah sehingga dimudahkan dalam mengerjakan soalnya. Ntah kenapa aku merasa kali ini aku yakin akan lulus. Nunggu pengumuman terasa lama banget karena gue menghitung hari. Dari tanggal 8 Mei 2018 – 3 Juli 2018. Serius menunggu itu adalah pekerjaan paling melelahkan.

Sehari sebelumnya gue ikut tes STAN. Siapa sih yang gak tau stan? Ibaratnya lu kalau udah berhasil masuk sini jadi idaman calon mertua dah. Mana saingannya banyak lagi. Gue sempat telat gara-gara hujan, dan ojol-nya rame banget parah. Harus nunggu 10 menit baru dapet. Gue udah sempat ngebayangin betapa senangnya kalau jadi anak STAN. Walaupun STAN sendiri bukan prioritas gue. Alhamdulillah, gue gagal :( Gue mikir ya udah lah ya, besok masih ada SBM. Insha Allah lolos.

Dan pada hari yang ditunggu. 

Pas pengumumannya gue nangis. Bukan karena bahagia haha. Nangis karena belum mampu untuk menjadi yang terbaik seperti kalian yang lolos. Yah, pada saat itu adalah titik dimana gue benar-benar jatuh dan gak mengenali diri gue sendiri. Rasanya inginku memaki-maki diri ini yang begitu payah.

Gue merasa malu. Karena setiap gue bertemu dengan seorang teman, mereka melontarkan pertanyaan yang sama "Kuliah dimana?" Dan setiap kali aku menjawab, aku mendapatkan tatapan prihatin dan bingung. Sesungguhnya gue gak butuh dikasihani. Membuatku ingin langsung saja menghilang dari dunia ini. Makanya beberapa bulan gue jarang update Instagram meskipun gue pengen, tapi gue tahan dan berhasil menghilang untuk sementara.

Gak berhenti sampai di situ. Nggak pernah terbesit sedikit pun di kepala gue tentang Universitas swasta atau pun ikut Ujian Mandiri. Pada akhirnya gue pun coba, menjadi perantau bersama seorang teman di tanah Keraton, Yogyakarta.

H-5 keberangkatan gue ke Yogyakarta, tiba-tiba di akun TBBS (beasiswa Turki) muncul notif bahwa gue diundang dalam tes wawancara. Gak nyangka, gue bakalan lolos seleksi awal. Untuk kedua kalinya, gue nangis. Bahkan Ibu dan teman-temanku ikut menangis terharu, seakan-akan aku benar-benar akan berangkat ke Turki. Padahal gue masih harus menghadapi tes wawancara. 3 hari setelah dapat panggilan tersebut gue berangkat ke Jakarta berbekal mengkhatamkan membaca pengalaman Interview para awardee di Blog dan Youtube.

Di Jakarta gue gak bisa tidur karena terlalu nerveous. Gue bahkan datang jauh lebih pagi ketimbang jadwal. Jadwal gue 11.30 tapu gue dateng di tempat wawancara jam 07.15 gue udah bikin sampe 4 lembar kertas folio yang isinya apa yang harus gue jawab ketika ditanya. Dan pada saat gue masuk ruangan, baru ngelangkahin kaki. Gue udah diketawain karena perawakan gue yang kecil. Gue dikata mirip anaknya yang 10 tahun lah. Pertanyaanya pun banyak yang melenceng dari perkiraan. Coz mereka lebih tertarik ngebahas tempat gue berasal, anaconda, dan bisnis onigiri gue. Dan saat itu gue mendambakan jurusan International Relation karena gue pengen jadi Diplomat! Tapi… Ada satu Pertanyaan yang gak berhasil gue jawab. Dari situ gue ngerasa kek pesimis untuk kuterima. Dimana temen gue digrup bilang mereka lancar jayaa. Lalu tidurku pun tak nyenyak dan hidupku gundah gulana.

Ujian Mandiri di Univ negri dan swasta sudah kulalui. Hasilnya? Di Univ negri TIDAK LOLOS. Astaga, ini gue beneran ditolak mentah-mentah buat jadi mahasiswa?! 

Kabar baiknya datang, bahwa aku lolos di Universitas Swasta, dengan jurusan yang ku idam-idamkan. IR! Alhamdulillah...

Saking senengnya gue langsung list barang-barang yang harus ada di kostan. Yeay, gue jadi maba! Karena asik mikirin serunya jadi maba, gue sampe lupa perkara beasiswa turki. Gue mulai sedikit update daily activities.

Walaupun jalanku untuk menjadi maba pun juga tidak semulus itu. Banyak kerikil yang harus kulewati namun tak bisa kuceritakan.

Saat gue lagi otw tidur. Hampir sebulan setelah interview, gue dikejutkan dengan E-mail dari YTB. Badan gue lemes setelah jatuh ke lantai saking syoknya. Serius nih, gue dapet email?! Orang yang pertama gue telpon pun bukan orang tua gue. Melainkan, Syahida. Sahabat gue yang sudah duluan berada di Turki. Barulah aku menelpon Ibuku.

“Bu, Aku lulus di Turki…”

Barulah aku tersadar, bagaimana Allah berusaha menjauhkan aku dari semua keinginanku meskipun aku sangat ingin menggapainya. Bagaimana Ia menyuruhku untuk terus bertawakal dan mendekatkan diri padanya saat Ia sedang berencana memberiku kejutan.

Aku merasa sangat amat kurang ajar, karena selama ini kerap menyalahkan Allah, bertingkah kecewa, dan merasa bahwa Allah tidak menyayangiku. Kehilangan rasa syukur akan keadaan yang ditimpakan terhadapku. Padahal Ia telah menyiapkan Kado Terindah untukku. Sungguh sempurna rencana Allah membuatku lulus ke Turki dengan menghempaskanku dari ketinggian agar terbiasa akan kerasnya hidup, bahwa hidup tidak semudah membalikkan telapak tangan. Membuatku melakukan kesalah an kecil yang konyol saat ujian yang berujung kegagalan.

Aku pun menyadari bahwasanya selama ini aku terlalu fokus mengejar dunia. Imanku pun naik turun. Aku pun sering mengabaikan panggilan Allah. Tapi, Allah sama sekali tidak pernah luput mendengarkan setiap sajak dan bait doa dalam sujudku. 

Mengingat dosaku dimasa lalu yang amat sangat menggunung. Tapi, Allah masih sayang padaku.

Beasiswa ini benar-benar nyata, dan aku slalu berpikir ini hanya kebetulan. Melihat teman-teman Interviewku yang hebat dengan segudang prestasi. Membuatku mengingat betapa rendahnya aku yang diselamatkan oleh yang namanya keberuntungan. Padahal jika dipikirkan, They’re worth it more than me. Benar-benar tidak pantas mendapat sanjungan pintar dan semacamnya.

Aku tidak bisa menyombong, seperti temanku yang mengaku pada junior yang masih polos bahwa hanya dia yang mampu berkuliah di Luar Negri. Awalnya, gue hanya memberi tau orang yang gue pikir perlu tahu. Tapi, ketika ambil ijazah guru-guru pada nanya dan akhirnya kabarnya menyebar luass. 

Maka dari itu di hari ulang tahunku ini, aku tidak meminta apa pun karena aku sudah mendapatkan hadiah terbaik dalam hidup.

Dan teruntuk kalian yang membaca ini, maaf karena mungkin saja aku pernah melakukan kesalahan, namun aku tak pandai mengatakannya. Semoga kalian mendapatkan yang terbaik, jauh lebih baik daripada aku dan keberuntungan slalu menyertai kalian. Jangan pernah berhenti bermimpi dan berdoa.

Terima kasih tanpa pernah berhenti ku ucapkan serta rasa syukur, kepadamu Allah SWT.

Terima kasih, untuk kamu yang slalu mendoakan dan mengiringi  perjuanganku, Ibu.

Terima kasih, karena engkau adalah bukti nyata bahwa semua akan indah pada waktunya and always trying to cheer me up, Syahida. 

Terima kasih, untuk Sahabatku yang telah menyadarkanku bahwa tidak ada yang tidak mungkin untuk diperjuangkan.

Serta semua yang tak mampu kusebut namanya satu persatu, yang slalu menyelipkan nama dan mimpiku dalam setiap sujudnya agar menjadi nyata.

Komentar

  1. Sama-sama Safiraa♡ hehhe i am happy to you! Blog mu berhasil menyadarkan ku kalau ada satu lagi jalan yg akan menjadi kejutan dari Allah SWT

    BalasHapus
    Balasan
    1. Wah, makasih banyak sahabatku Cherry. Alhamdulillah, seneng banget dengernya :) xoxo

      Hapus
  2. Aku juga merencanakan ambil beasiswa itu 2021,tapi aku bukanlah orang yang taat atas aturan Allah,apakah aku masih bisa ? Mungkin terdengar seeprti meremehkan tuhany yang maha kuasa,tapi sebenarnya yang kupertanyakan adalah diriku sendiri.

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer