Teruntuk kamu sesama perantau,
Tulisan ini didedikasikan untuk kamu,
Teman senasib dan seperjuangan, yang di depan seolah mendoakan tentang
kebaikan, ternyata di belakang memutarbalikkan fakta. Sungguh, kalau kamu
berfikir aku tidak tau tingkahmu, kau salah. Aku yang benci bergelut demi
membongkar fakta, di sini sudah tertulis tentang kekecewaanku. Semoga kamu,
berhenti menebarkan hal negatif.
Siapa sih yang tidak senang
ketika mendengar junior mengikuti jejak
kita? Mungkin ada. Aku saja yang nggak tahu. Tapi, kebanyakan pasti senang
mendapatkan teman untuk bernostalgia. Bukan begitu?
Apalagi ketika mereka bertanya
tentang masalah perjuangan kita sebelum menginjakkan kaki di sini. Entah itu
dalam jalur beasiswa ataupun mandiri. Rasanya seperti kita sudah memberikan
percikan motivasi kepadanya. Kita juga ikut bahagia! Diam-diam kalian mendoakan para pejuang itu agar
mimpinya terwujud.
Kemudian, kamu pelan-pelan
merobohkan mimpi para pejuang itu. Bukannya, memberikan semangat dan masukkan. “Ih
jangan kuliah di sana. Soalnya ….” Untuk mereka yang tipe orang mudah
terpengaruh pasti tanpa berpikir sudang mengiyakan. Padahal, kamu juga sesama
perantau, hidup di negara yang kutinggali pun kamu nggak pernah, mengetahui
proses yang kulalui pun tidak, bagaimana bisa kamu berkata seperti itu?
Hei, kalau begitu apa artinya
maaf yang sudah kita ucapkan pada hari kita dikukuhan dan dilepas. Kita mengucap harapan yang baik satu sama lain. Aku bahkan
tidak pernah berkomentar buruk terhadap negara yang sekarang kau tinggali. Kamu
bertingkah seolah kamu superior, orang paling hebat, seolah-olah cuman kamu
yang berhasil kuliah disana. Dude, buka matamu. Jangan dibutakan oleh
pujian yang menggunung.
Mungkin, hatimu yang membatu itu perlu
diketuk.
Belum lagi pernyataan ini, “Ah,
pantes aja dia mah kuliah di jerman, orang tajir. Orang tuanya kan punya
kenalan di sana. Gak perlu pinter-pinter banget.” Dan “Gampang, ada uang ada
agen, terus jadi deh.” Setahuku, walaupun melalui agen, tetap ada test masuk perguruan tinggi. Di negara mana pun. Tidak semudah yang kamu bayangkan. Kamu sendiri harusnya mengerti, kalau pun memang semudah itu, tapi kita masih harus berjuang untuk belajar bahasa negara tersebut. Dan juga beradaptasi dengan lingkungan. Itu juga namanya perjuangan, kan?
Itu, kamu iri atau bagaimana karena keberuntungan belum mengantarmu ke sana hihi.
Sebenarnya bukan masalah cerdas atau tidak, di sini kita bermain keberuntungan. İtu juga merupakan campur tangan Allah. Kamu itu siapa? Tau apa tentang takdir Allah?
Itu, kamu iri atau bagaimana karena keberuntungan belum mengantarmu ke sana hihi.
Sebenarnya bukan masalah cerdas atau tidak, di sini kita bermain keberuntungan. İtu juga merupakan campur tangan Allah. Kamu itu siapa? Tau apa tentang takdir Allah?
Memangnya sulit sekali mengucapkan, Selamat ya sudah
berhasil kuliah di sana! Jangan lupa berbagi pengalaman! Semoga kuat memendam
rindu pada pempek dan batagor!
“Mending kuliah di sini aja…”
Kalau memang tujuanmu ingin
mengajak mereka kuliah di negaramu, kenapa tidak kamu ceritakan saja betapa
bahagianya kuliah di negerimu itu, tanpa mencampur benih-benih keburukan. Gampang, kan? Adakan seminar online, presentasi, atau pun berbagi cerita hidup lewat
youtube. Zaman sudah canggih! Sungguh, aku tidak mengerti dengan jalan
pikiranmu. Berhenti, menjulid seperti netijen zaman now. Aku harap kamu
mengerti aku yang tidak mampu menyuarakan ketidaksetujuan ini.
Kamu dalam arti universal. Meskipun benar adanya ini berdasarkan pengalaman. Hehe. Tidak cuman pengalamanku. Tapi, pengalaman kalian yang sama. Ini sudah aku wakilkan suaramu. Yuk, saling support dan jadi contoh yang baik bagi sesama!
Komentar
Posting Komentar